MERANCANG KEGIATAN Organisasi, Lembaga atau Komunitas

Merancang Kegiatan adalah HAL PENTING sebelum kegiatan dilakukan, misal untuk Pembelajaran dengan pendekatan Saintifik, Pemasaran, Etika Lingkungan, Outbound  dan lain sebagainya.

Organisasi, lembaga atau yang namanya komunitas suatu perkumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan, selalu mempunyai cara untuk mencapai tujuannya. Kegiatan adalahhal yang tak dapat dilepaskan darinya, yang mana kegiatan merupakan bentuk eksistensi dan perputaran waktu dalam perkembangan organisasi atau komunitas.

Dalam Merancang Kegiatan, Sahabat saya Ruslan Hermawan mempunyai 5 alur yang kiranya cukup baik jika kita ikuti. Kelima alur itu adalah: Isu, Tujuan & tindak lanjut yang jelas, Kepanitiaan, Narasumber dan pendanaan.

Isu

Yang pertama adalah pemilihan isu yang tepat. Isu yang tepat bisa diambil dari isu yang berkembang pada waktu kegiatan itu akan dilaksanakan, yang tentunya pilah-memilah isu disini haruslah sesuai dengan tujuan besar atau karakter organisasi penyelenggara.

Tujuan & tindak lanjut yang jelas

Tujuan penyelenggaraan kegiatan haruslah jelas, sehingga adanya target yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut. Tujuan yang dimaksud bisa untuk kepentingan organisasi atau komunitas sendiri ataupun untuk khalayak ramai. Selain Tujuan, ada pula tindak lanjut yang jelas dalam penyelnggaraan kegiatan, sehingga arahnya akan jelas.

Tindak lanjut suatu kegiatan sangatlah diperlukan agar kegiatan yang dilaksanakan tidak hanya sekedar menghasilkan konklusi tanpa makna dan pengaruh yang jelas bagi peserta kegiatan tersebut, lebih-lebih suatu usulan yang akan ditindak lanjuti masyarakat luas atau pemerintah.

Kepanitiaan

Panitia adalah merupakan tim penyelenggara kegiatan. Dalam penentuaan kepanitiaan tentunya haruslah jelas dengan pemilihan yang mantap sehingga terpilihlah orang-orang dalam kepanitiaan yang sesuai dengan kapasitas kemampuannya (tentunya bisa dilihat dari pengalaman).

Nara sumber

Narasumber merupakan orang yang menjadi inti dalam hari berlangsungnya kegiatan, yang mana narasumber adalah orang yang menjadi kunci dalam pembahasan masalah dalam kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan panitia. Biasanya Narasumber bisa menjadi daya tarik khalayak ramai untuk mengikuti kegiatan. Karena besarnya kegiatan kadang bisa dilihat dari kapabilitas narasumbernya.

Dari penjelasan Ruslan Hermawan yang beliau dapat dari dosen kimia UIN Malang yang pernah menimba ilmu di Australia yakni pak Tri, mengatakan bahwa beda narasumber Indonesia dan Australia atau luar negeri adalah biasanya narasumber dari luar negeri dapat diminta sebagai narasumber secara gratis (Rp 0,-), berbeda dengan narasumber pada umumnya di Indonesia.

Pendanaan

Inilah hal yang tak dapat dihilangkan dalam setiap aktifitas yang membutuhkan banyak kebesaran. Pendaan yang jelas merupakan langkah awal melihat besarnya acara yang akan dihelat. Karena dengan melihat besarnya dana kadang berarti akan dihasilkan skala kegiatan yang mewah dan besar. Pendanaan dapat didapat dari peserta kegiatan, panitia, donator serta yang tak dapat dilupakan adalah sponsor kegiatan.

Merancang Kegiatan Organisasi www.SelametHariadi.com

Disarikan dari sharing Smart Effective Learning (SEL) dengan keynote sharing  Ruslan Hermawan.

Pahamilah jangan minta dipahami …

Pahamilah jangan minta dipahami …, entah darimana kata-kata itu… di sore ini seakan muncul kembali di fikiran seorang manusia yang masih lemah ini. Memang tadi telah muncul di sekelumit otak ini waktu menulis mengisi ‘apa yang kau fikirkan di salah satu situs’. Ya, seakan sambil mendengarkan instrumen yang sudah kurindukan dari dulu ini, fikiran tentang “Barseso” kembali muncul. Bayangan akan cerita saudara “Ali” muncul, lalu bagimana “Sholahuddin al-ayubi” seperti diceritakan salah satu penulis yang bukunya belum sempat kubaca habis.

Mengalirkan fikiran menjadi manusia yang positif bagi orang lain itu mungkin tak semudah membalikkan telapak tangan. Kadang terbersit, bagaimana seorang motivator atau trainer atau murabbi misalnya menyemangati diri mereka… apakah mereka sujud dikeheningan malam, mengeluhkan semua masalahnya pada sang istri, terdiam sejenak di tepian kota, melihat video atau suara-suara tentang motivasi.

Tulisan kali ini memang tanpa arah, karena ada tekanan mental entah dari mana datangnya untuk segera menulis apa saja… ketika mendengar suara ibu rasanya aku ingin segera mencari uang sebanyak-banyaknya untuk segera memuliakan orang tua. Ingin segera mendapat buayak harta yang ingin kuberi pada mereka. Aku rasa aku gagal jadi lebih baik hari ini, mungkin ayah akan kecewa, ibu akan menangis tentang sikapku kali ini…

Entah kenapa fikir ini selalu mengingatkan kalau sekarang kau adalah seorang pemimpin, pemimpin di salah satu komunitas non profit. Ya, sindiran dari * memang benar jadi * tapi gak dibayar, mungkin itu sekilasnya. Lalu apa yang harus dilakukan? Tak dapat menolak memang, tak dapat berpaling ketika batu di depan itu harus disingkirkan.

Mendesah lemas itu yang kadang dilalukan … tapi itu tak mengurangi apa yang ada dalam bebanmu sobat.. apa yang kau rasa tak dirasanya.. maka, cara paling baik adalah merasakannya.. maksudnya? Ya merasakan sendiri. Kadang teringat tentang teori fasilitator atau manusia yang baik adalah tak membagikan kotoran pada manusia yang lain, tapi membagikan makanan yang enak pada mereka.

Wah apa lagi yang ingin ditulis…

Semoga ustadzku dapat bangga mempunyai santri yang masih ingin berusaha merubah nasibnya dan keluarganya…

Satu kalimat penutup tulisan yang kurang masuk nominee baik ini adalah

“melihat daun yang jatuh di genteng orang lain akan lebih mudah, tapi melihat daun yang jatuh di  rumah sendiri kan lebih sulit…” Biarkan mereka menunjukkan narsisme mereka dengan cara mereka, aku… hmm… biarkan memperbaiki yang masih rapuh ini, tunggulah beberapa saat lagi akan kuruntuhkan ego mereka…