Hidup senantiasa berjalan beriringan dengan waktu. Hidup yang Terbaik dari hidup sebelumnya adalah sebuah keinginan saya setiap waktu. Kemarin saya dihadapkan pada sebuah hal yang membuat saya merenungi kehidupan ini. Hal itu adalah harga dari pekerjaan kita. Pernahkah kita menghargai pekerjaan kita atau paling tidak pekerjaan orang lain? Beberapa waktu yang lalu saya mendengar rekaman Ippho Santosa saat seminar di malang menyampaikan betapa mahalnya harga slide yang menarik yang ditampilkannya, kisaran jutaan gitu seingat saya.
Wow, betapa harga yang tinggi untuk pekerjaan itu. Harga yang tinggi itu juga bisa dilihat dari pengetahuan yang mahal akan pekerjaan itu. Kita bisa lihat berapa nilai harga pekerjaan yang dilakukan seorang penyanyi dengan penari pengiringnya atau mungkin kuli dengan mandornya, tentu yang memiliki kemampuan lebih-lah yang mempunyai nikai harga pekerjaan yang tinggi. Kita bisa lihat juga jasa Training, Motivator atau inspirator sekelas Jamil Azzaini atau yang lainya. Berapa harga mereka? ya, tentunya mengikuti seminar atau pelatihan mereka hitungan uangnya cukup besar. Kenapa harga mereka tinggi? harga yang tinggi tersebut bisa dilihat dari aspek pengetahuan yang dipunyainya. Pengetahuan mengendalikan pendengarnya tersebutlah yang membuatnya menjadi inaspirator bagi yang mendengar mereka, karena tak setiap orang memiliki kemampuan seperti itu.
Dari sini kita dapat mengambil pelajaran berherga kali ini yakni pentingnya menghargai pekerjaan. berapa harga pekerjaanmu? hingga berapa harga waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan pekerjaan itu? Jika kita mempunyai kemampuan unik yang jarang orang punya, maka harga kita juga akan tinggi. Jika kemampuan yang kita punya tak banyak yang memiliki, maka harganya juga tinggi. Pun demikian jika kita dalam usaha bersama atau dalam perusahaan maka Hargai pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Be Best Together!
Menghargai Kehidupan
Pada suatu ketika, ada seorang pemuda yang hidup sebatangkara merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Ia merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti akan hidupnya lagi.
“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja hiduku ini,” katanya dalam hati. Maka disiapkannyalah seutas tali, ia berniat mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di sebatang pohon.
Pemuda itupun lalu menuju sebuah pohon besar yang ada di tengah hutan. Saat melihat gelagat dari pemuda tersebut, pohon itupun menyela dengan lembut. “Anak muda yang tampan dan baik, tolong jangan menggantung dirimu di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”
Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi mendatangi pohon lain yang tidak jauh dari situ. Saat akan bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih dari si pohon, “Hai anak muda, lihatlah di atas sini ada begitu banyak lebah yang sedang mengerjakan sarangnya dengan tekun dan rajin. Jika kamu ingin mengakhiri hidupmu, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah-lebah itu yang telah bekerja keras membangun sarangnya tetapi tidak dapat menikmati hasilnya jika kamu tetap maksanakan niatmu di dahanku.”
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda kembali berjalan mencari pohon lain. Kembali kata yang ia dengar dari pohon berikutnya tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh, tolong jangan mati di sini.”
Sejenak si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.
Segera timbul kesadaran baru dalam hatinya. “Aku manusia, masih muda, kuat, dan sehat. Apakah pantas aku melenyapkan kehidupanku ini? Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik dan bisa bermanfaat bagi makhluk lain”.
Dengan perasaan tenang dan penuh semangat, Ia kemudian pulang kembali menuju rumahnya. Dalam hatinya ia menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan jika mau menghargainya. Dengan terus mengisi kehidupan dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia lainnya, maka tidak akan ada yang sia-sia dalam hidup ini.
terjadi penipuan dalam permainan poker online, kartu saya jackpot full house tapi saya tidak mendapatkan bonus jackpot seperti yang di janjikan dan banyak kekurangan dalam permainan, kami berharap agar situs tersebut di tutup dari seluruh internet