Siang itu awal juli kemarin saya dengan istri dan rekan lainnya mengunjungi festival seni budaya Bantengan Bocil (bocah cilik) di daerah Bumiaji, Kota Batu. Tepatnya di depan Anjani Batik Gallery. Kegiatan ini diikuti oleh bocil dari berbagai tempat di Jawa Timur. Mereka bersama-sama membawa alat Bantengannya dari tempat mereka. Berharap menampilkan seni budaya Bantengan yang menarik berpadu dengan genderang musik.

Mengenal Bantengan
Bantengan adalah seni budaya tarian dengan menggunakan atribut biasanya kain hitam dan topeng berbentuk kepala banteng. Topeng ini ada yang tanduk asli bisa juga dengan replika dari kayu. Kesenian ini cukup populer di wilayah Malang raya khususnya kota Batu.
Bahkan ada Festival Bantengan yang digelar melibatkan banyak tim bantengan dair berbagai tempat. Bahkan ada seperti sanggar atau tempat belajar seni budaya Bantengan ini. Sepintas mirip dengan barongsai namun dengan kepala yang berbeda. Atau mirip pula dengan kuda lumping namun dengan perangkatnya berbeda meski alunan musiknya hampir sama bagi orang awam.
Bantengan Bocil
Bantengan Bocil ini merupakan hal baru dalam Festival Bantengan. Biasanya Bantenagn diikuti oleh orang-orang dewasa dan anak-anak kecil hanya melihat. Namun ini adalah salah satu inisiatif dari Anjani Sekar Arum. Beliau adalah salah satu Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017. Perempuan ini menang dalam bidang kewirausahaan dengan judul kegiatan Anjani Si Batik Bantengan.

Bantengan yang pemainnya anak-anak kecil ini telah dipersiapkan dengan matang aturannya. Seperti kegiatan ini digelar pada siang hari dengan adanya orang dewasa yang menjadi pendamping para Bocil ini memainkan Bantengannya. Serta hal penting dilakukan siang adalah tidak adanya hal-hal mistis seperti kesurupan.

Pelibatan anak-anak pada Bantengan ini telah diantisipasi betul oleh Anjani dengan beragam peraturan yang dianggap aman untuk menyelenggarakan Festival Bantengan Bocil. Memang ini adalah upaya mengenalkan seni Budaya Bantengan dengan ramah mulai dari anak-anak. Kecintaan masyarakat pada seni budaya asli Indonesia dilakukan dengan berbagai upaya para penggiat seni budaya, salah satunya dengan Bantenagn Bocil ini dengan disiapkan aturan tepat, aman dan Nyaman bagi semua.

Saat melihat dari dekat memang masyarakat tumplek blek (berkumpul) di depan Anjani Batik Gallery menyaksikan anak-anak kecil memainkan topeng Bantengannya dengan eksentrik. Saya melihat seakan satu keluarga utuh menyaksikan gelaran ini. Mereka saling dukung satu sama lain. Ini gambaran bahwa pertunjukan seni budaya bisa jadi ajang untuk berkumpulnya keluarga dan menguatkan jalinan antar anggota keluarga.

Cerita Anjani Si Batik Bantengan
Selain melihat para anak-anak memainkan seni Budaya Bantengan. Saya juga melihat dari dekat usaha yang dibangun Anjani Sekar Arum. Di rumah galerinya langsung terlihat saat masuk adalah tanduk Bantengan. Seakan menguatkan citra bahwa beliau dengan seni budaya ini.

Lalu apa khas Batik Bantengan karya Anjani? Tentunya adalah motif Bantengan yang ada di dalam batiknya. Memang nuansa kuat inilah yang menjadi pembeda dengan batik pada umumnya. Motif bantengan dalam batik ini jadi nilai tersendiri bagi penyuka batik atau pengkoleksi batik nusantara.

Saya juga melihat dari dekat proses membatik yang dilakukan di Anjani Batik Gallery. Di belakang rumah galerinya, para pembatik dengan asyik menyematkan canting untuk mengukir motif batik. Para pembatik ini pun dengan ramah tetap melayani kami yang bertanya atau mengabadikan momen dengan berfoto.

Di area belakang lagi ada proses batik yang lain. Suasana Anjani Batik Gallery ini terasa sejuk dan menyamankan mata karena banyak tumbuhan. Segarnya udara membuat nyaman dan betah berlama-lama disini sambil ngobrol dengan para pekerja. Beragam proses dari melukis hingga pengeringan batik dilakukan untuk hasil yang terbaik.

Menyatukan Batik dan Bantengan
Menyatukan Batik dengan Bantengan adalah salah satu hal yang unik. Biasanya batik bermotif itu diambil dari tumbuhan yang banyak di daerah tersebut. Seperti Batik pacitan yang kental dengan buah pacenya, atau batik daerah lainnya yang identik dengan benda (seperti parang atau tombak) atau motif bunga.
Batik Bantengan ini mampu mengangkat seni budaya Bantengan dalam bentuk motif di Batik. Batik yang menggunakan motif dengan gerakan seni budaya tari memang cukup unik. Terlebih ini bisa jadi momentum mengenalkan seni batik dan budaya bantengan dengan cara baru.
Hadirnya kegiatan Bantengan Bocil adalah salah satu cara pengembangan yang dilakukan Anjani untuk mengenalkan budaya ini pada anak-anak sejak dini. Anjani juga terus berpikir mengembangkan usahanya dengan lingkungan sekitar. Ini terlihat banyaknya UMKM yang berkembangan dengana danya Festival ini.
Dengan adanya mobil wisata yang membawa pengunjung menyusuri wilayah Bumiaji. Mereka diajak melihat lebih dekat usaha yang berkembang di daerah ini. Mulai dari petik buah (jeruk/jambu), kue dengan rasa buah jeruk, hingga UMKM lainnya yang berkembang. Anjani bisa jadi pelopor pengembangan kewirausahaan daerah ini yang semakin dikenal khalayak ramai.

Selain Bantengan Bocil juga ada Festival Bantengan Nuswantara yang digelar di kota Batu pada bulan Agustus kemarin. perhelatan ini semakin meriah adalah kehadiran peserta dari luar negeri. Seniman dari Jepang, Australia, Chile, Meksiko, Hongkong, dan Malaysia turut berjalan bersama, membawa semangat kolaborasi budaya.
Oleh karenanya, di tahun 2018 Bumiaji dan beberapa tempat di Batu juga mendapatkan Apresiasi SATU Indonesia Awards dalam kategori Batik. Serta di tahun 2025 ini masih jadi jujugan (tujuan) masyarakat untuk berwisata dan belajar lebih dalam Batik dari Anjani. Anjani membuktikan, gerakan satu orang dapat mempengaruhi orang lainnya untuk bertindak jika dilakukan dengan cara yang tepat. Ini seperti riset tentang Studi Social Contagion dalam kerumunan dari Gustave Le Bon. Semangat semuanya, semangat berbuat kebaikan yang juga mempengaruhi orang lain berbuat baik!
#APA2025-ODOP/PLM/BLOGSPEDIA