Pemikiran Filsafat Filsuf Muhammad Iqbal (M Iqbal)

Pemikiran Filsafat Filsuf Muhammad Iqbal (M Iqbal) cukup banyak dijadikan rujukan. Makalah Filsafat Muhammad Iqbal banyak didiskusikan di Mata Kuliah Studi Filsafat Islam. Berikut ini Handout Pemikiran Filsafat Moh. Iqbal:

Sang Penyair
Muhammad Iqbal senantiasa berusaha menuliskan tentang Islam dengan mengetengahkan pandangan dan interpretasi yang inklusif (terbuka) dengan penerimaan terhadap Islam yang inklusif (terbuka) pula, bukan sebaliknya terhadap penentang-penentang Islam cenderung inklusif (terbuka) tetapi terhadap pandangan dan nilai-nilai Islam itu sendiri ekslusif (tertutup). Atau terhadap sesama muslim menyerang dengan pemikiran (paradoks logika) sementara terhadap penghujat Islam bersahabat dan tebuka atas nama toleransi tanpa batasan. M. Iqbal menuliskan Islam dengan kepekaan dan kepeduliannya terhadap dunia Islam tanpa harus mencelupkan dirinya ke dalam warna Barat di mana dia banyak belajar menuntut ilmu. Ilmunya diabdikannya untuk kepentingan Islam itu sendiri.

Filsafat Manusia/ Humanisme-Religi Iqbal
Humanisme dalam arti sebagai sebuah aliran filsafat modern adalah anti-religius. Oleh karena itu judul yang diberikan pada penulis, pada awalnya menimbulkan kontradiksi dalam dirinya (self contradiction). Tetapi dalam pengertian yang lain dimana para pendukungnya begitu optimis tentang kemungkinan-kemungkinan atau kemampuhan-kemampuhan manusia, mendamba secara antusias prestasi-prestasi kemanusiaan, dan menghindarkan suatu pencaharian yang rinci ke dalam keniscayaan teologis.
Meskipun manusia dipercayai Muhammad Iqbal memiliki potensi yang besar dan dapat menggoncangkan dunia, tetapi manusia tidaklah begitu saja mencapai kemanusiaannya yang sejati, melainkan harus melalui suatu perjuangan panjang dan upaya yang berkesinambungan. Setiap diri manusia adalah potensial untuk menjadi khalifah Allah, menjadi wakil Allah, atau manusia sempurna. Tetapi kalau prestasi tersebut tidak digali dan direalisir dengan gigih, maka potensi itu akan selamanya menjadi potensi, tidak pernah akan menjadi aktualitas. Dan potensi umat Islam yang dulu pernah mencapai “keemasannya” dengan gemilang, kini tidak pernah muncul dan dibiarkan tidur pulas, sehingga baik secara moral maupun intelektual mereka dalam keadaan bangkrut.

Fisafat Ketuhanan Iqbal
M. Iqbal menyatakan bahwa ada dua aspek hubungan manusia dengan penciptanya:
1. Pencipta Sebagai Tuhan
Dalam konteks ini manusia dengan “nalar” nya melihat dirinya, alam semesta dan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai ciptaan tuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tangan-tangan manusia, jin, malaikat , iblis dan sebagainya…..
Dalam konsep ini tuhan manusia baik disadari atau tidak adalah tuhan berhala dalam nalar manusia, dalam islam disebut syirk tersembunyi.
2. Pencipta Sebagai Tenaga Pembimbing
Dalam konteks ini manusia dengan “kesadaran” nya melihat dirinya sebagai khalifah/wakil tuhan dimuka bumi dan dengan melalui kemampuan-kemampuannya (panca indranya) menciptakan dirinya, alam semesta dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam proses penciptaan tuhan
Dalam konsep inilah yang dimaksud dengan manunggaling kawulo gusti, Syekh Siti Jenar atau ana al haq, al hallaj atau wahdatul wujud, Ibnu Arabi.